Friday, March 24, 2017

makalah atap

TUGAS
KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

MAKALAH
KONSTRUKSI  ATAP
DOSEN; SUYITNO S.ST
DISUSUN OLEH;
KELOMPOK 3
1.        SUDIRMAN
2.        IKA DEVITASARI
3.        ZEFANYAS DIAAN MAYUR
4.        KORI INDRAWAN
5.        ILHAMSYAH



KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGRI PONTIANAK
PRGRAM STUDI  DILUAR DOMISILI (PDD) DI KABUPATEN KAPUAS HULU
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
2017



KATA PENGANTAR
            Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT tuhan yang maha esa, yang selalu memberikan kesehatan dan kesempatan untuk kita terus berusaha dan berkarya, dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik merupakan salah satu anugrah-Nya  Makalah ini saya kutip dari beberapa situs internet yang memang membahas mengenai KONSTRUKSI ATAP.
Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada, dosen mata kuliah sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tentunya dengan harapan makalah ini dapat menyumbangkan setitik harapan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.
Sebagai penulis kami juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, tetapi pada dasarnya saya selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada pada makalah ini hingga mendekati kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi kemajuan kita bersama

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih atas perhatiannya.

Putussibau, 24  Maret 2017

                                                                                                                                                         penulis










DAFTAR ISI 

KATA PENGANTA ............................................................................................... i...........
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2.Tujuan................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
2.1.Pengertian Atap................................................................................................. 3
2.2.Pembagian Struktur Atap................................................................................... 4
2.3.Bentuk Dan Ukuran Atap.................................................................................. 9
2.4.Bagaimana Teknik Pengerjaan Atap.................................................................. 9
2.5.bentuk Atap Berdasarkan Kemiringan............................................................. 11
2.6.Bentuk Dan Model Atap................................................................................. 12
2.7.Jenis-Jenis Material Penutup Atap................................................................... 31
2.8.Konstruksi Kuda-Kuda.................................................................................... 32
2.9.Struktur Atap Kayu......................................................................................... 35
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 36
3.1.Kesimpulan...................................................................................................... 36
3.2.Saran................................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 37

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.6.4: Atap Tenda
Gambar 2.6.2 : Atap Sandar
Gambar 2.6.1 : Atap Datar
Gambar 2.6.3: Atap Pelana
Gambar 2.6.5: Atap Perisai
Gambar 2.6.6 : Atap Kombinasi Pelana+Perisai
Gambar 2.6.7: Atap Mansard
Gambar 2.6.8: Atap Menara
Gambar 2.6.9: Atap Piramida
Gambar 2.6.10: Atap Minang
Gambar 2.6.11: Atap Joglo
Gambar 2.6.12: Atap Kubah
Gambar 2.6.13 : Atap Gergaji
Gambar 2.8.1: Kuda-Kuda Bentang 3-4 Meter
Gambar 2.8.2: Kuda-Kuda Bentang 4-8 Meter
Gambar 2.8.3: Kuda-Kuda Bentang 9-16 Meter
Gambar 2.8.4: Kuda-Kuda Bentang 20 Meter
Gambar 2.8.6: Kuda-Kuda Gabel Profil WFGambar 2.9.1 : Konstruksi Kayu Yang Diadaptasi Dari Sistem Konstruksi Kayu Dari Belanda
Gambar 2.8.5: Kuda-Kuda Baja Profil Siku

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dalam suatu bangunan, atap berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya. Gunanya untuk melindungi dari pengaruh panas, hujan, angin, debu, dan lain-lain. Sebagai “Mahkota” dari suatu bangunan, pemilihan atap haruslah disesuaikandengan bangunan di bawahnya, iklim setempat, model atap, biaya, serta bahan yangtersedia.Pemilihan atap hendaknya memperhatikan iklim setempat, tampak atap yang dikehendaki, biaya yang tersedia dan bahan-bahannya dengan mudah didapat di mana bangunan itu didirikan.
Tidak bisa dipungkiri, atap mempunyai peranan penting sebagai satu kesatuan struktur pada bangunan. Lihat saja perkembangannya beberapa tahun terakhir. Terlihat dari bentuk dan warna yang mengikuti gaya atau tema pada bangunan.Pemanfaatan teknologi juga tak bisa di kesampingkan. Selain untuk mendapatkan produk kualitas prima, pemanfaatan teknologi merambah pada produk yang ramah lingkungan. Sejak isu pemanasan global mencuat ke permukaan, pemakaian bahan bangunan ramah lingkungan jadi tren di seluruh dunia. Produsen atap tak mau ketinggalan dan berlomba-lomba menawarkan produk atap ramah lingkungan.
Ada beberapa pilihan penutup atap yang berkualitas dan murah. Sebut saja seperti genteng. Jenis genteng pun beragam dilihat dari harga, kualitas dan desain. Yang membedakan hanya jenis bahannya saja. Ada yang terbuat dari metal, bitumen atau aluminium. Menurut Country Director PT Onduline Indonesia, Budi Dermawan, konsumen sudah aware dengan produk atap. 
"Konsumen sudah memahami produk atap selain fungsi utamanya, yaitu mempercantik struktur pada bangunan" katanya. Di pasaran, seperti halnya properti, bahan bangunan juga mempunyai segmentasi produk yang jelas. Istilah KW 1, KW 2 dan seterusnya. Begitu pula dengan penutup atap. Untuk pemakaian pada bangunan kelas menengah, penutup atap dari bahan seng, asbes dan tradisional sudah cukup. Sedangkan untuk segmen atasnya, seperti rumah dengan kisaran harga diatas Rp500 juta sudah menggunakan atap berbahan dasar. Untuk saat ini pilihan pasar masih didominasi genteng keramik dan genteng beton. Sedangkan trend setter masih dipegang genteng flat dan semi flat.
Pilihan ini sejalan dengan perkembangan tema rumah moderen minimalis dan moderen simplicity. Namun, melalui tren rumah gaya minimalis yang minim ornamen, keberadaan genteng beton pun mulai ikut terangkat. Penggunaan genteng flat yang diproduksi oleh genteng beton, melengkapi tampilan bangunan bergaya minimalis.

Dalam pemilihan jenis penutup atap ini ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan oleh konsumen sebagai berikut :
a.     Tinjauan terhadap iklim setempat 
b.    Bentuk keserasian atap 
c.     Fungsi dari bangunan tersebut 
d.    Bahan penutup atap mudah diperoleh 
e.     Dana yang tersedia
1.2Tujuan
Adapun tujan dari penulisan makalah yaitu, antara lain:
a.    Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan  atap.
b.    Untuk mengetahui pembagian struktur atap.
c.    Untuk mengetahui bentuk dan ukuran atap.
d.   Untuk mengetahui bagaimana teknik pengerjaan atap.
e.    Untuk mengetahui bentuk atap berdasarkan kemiringan.
f.     Untuk mengetahui bentuk dan model atap.
g.    Untuk mengetahui jenis-jenis material penutup atap.
h.    Untuk megetahui konstruksi kuda-kuda.
i. Untuk mengetahui struktur atap kayu.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Atap
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang ada dibawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin, debu atau untuk keperluan perlindungan. Syarat – syarat atap yang harus di penuhi antara lain :
a.    Konstruksi atap harus kuat menahan beratnya sendiri dan tahan terhadap tekanan maupun tiupan angin
b.    Pemilihan bentuk atap yang akan dipakai hendaknya sedemikian rupa, sehingga menambah keindahaan serta kenyamanaan bertempat tinggal bagi penghuninya
c.    Agar rangka atap tidak mudah diserang oleh rayap/bubuk, perlu diberi lapisan pengawet
d.   Bahan penutup atap harus tahan terhadap pengaruh cuaca
e.    Kemiringan atau sudut lereng atap harus disesuaikan dengan jenis bahan penutupnya maka kemiringannya dibuat lebih landai.
2.2    Pembagian Struktur Atap
Komponen Penyusun AtapTiga komponen penyusun atap:
1.    struktur atap (rangka atap dan penopang rangka atap);
2.    penutup atap (genteng,polikarbonat);
3.    pelengkap atap (talang horizontal/vertikal dan lisplang);
2.2.1        Struktur Atap
Struktur atap adalah bagian bangunan yang menahan /mengalirkan beban-beban dari atap. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan penutup atap sehingga umumnya berupa susunan balok –balok (dari kayu/bambu/baja) secara vertikal dan horizontal –kecuali pada struktur atap dak beton. Berdasarkan posisi inilah maka muncul istilah gording,kasau dan reng. Susunan rangka atap dapat menghasilkan lekukan pada atap (jurai dalam/luar) dan menciptakan bentuk atap tertentu.
Penopang rangka atap adalah balok kayu yang disusun membentuk segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda. Kuda-kuda berada dibawah rangka atap,fungsinya untuk menyangga rangka atap. Sebagai pengaku,bagian atas kuda-kuda disangkutkan pada balok bubungan,sementara kedua kakinya dihubungkan dengan kolom struktur untuk  mengalirakan beban ke tanah.
Secara umum dikenal 4 jenis struktur atap yaitu:
a)    struktur dinding (sopi-sopi) rangka kayu
b)   kuda-kuda dan rangka kayu
c)    struktur baja konvensional
d)   struktur baja ringan
Atap dan bagian-bagiannya
a)      jurai dalam
     Jurai dalam ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap sampai bubungan,dan terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan kedalam.
b)      jurai luar
     Jurai luar,ialah bagian yang tajam pada atap,berjalan dari garis tiris atap sampai bubungan,terdapat pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke luar.
c)      bubungan (nok)
     Merupakan sisi atap yang teratas,selalu dalam keadaan datar dan umumnya menentukan arah bangunan.
d)     Gording
     Balok atap sebagai pengikat yang menghubungkan antar kuda-kuda. Gording juga menjadi dudukan untuk kasau dan balok jurai dalam.
e)      Kasau
     Komponen atap yang terletak diatas gording dan menjadi dudukan untuk reng.
f)       Reng
Komponen atap yang memiliki profil paling kecil dalam bentuk dan ukurannya. Posisinya melintang diatas kasau. Reng berfungsi sebagai penahan penutup atap (genteng dan lain-lain). Fungsi lainnya adalah sebagai pengatur jarak tiap genteng agar rapi dan lebih “terikat”. Jarak antar reng tergantung pada ukuran genteng yang akan dipakai. Semakin besar dimensi genteng,semakin sedikit reng sehingga biaya pun lebih hemat.
2.2.2        Penutup Atap
Penutup merupakan bagian yang menutupi atap secara keseluruhan sehingga terciptalah ambang atas yang membatasi kita dari alam luar. Ada berbagai pilihan penutup atap dengan pilihan bentuk dan sifat yang berbeda. Dua faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam pemilihannya adalah faktor keringanan material agar tidak terlalu membebani struktur bangunan dan faktor keawetan terhadap cuaca (angin,panas,hujan). Faktor lain adalah kecocokan/keindahan terhadap desain rumah. Ukuran dan desain dari penutup atap juga memberi pengaruh pada struktur,misalnya konstruksi kuda-kuda,ukuran reng,dan sudut kemiringan.
2.2.3        Komponen pelengkap
Elemen pelengkap pada atap selain berfungsi struktural juga estetis.
a.       talang
Saluran air pada atap yang berfungsi mengarahkan air agar jatuh ketanah disebut talang. Talang dipasang mendatar mengikuti tiris atap kemudian dialirkan ke bawah melalui pipa vertikal.
b.      Lisplang
Dari segi konstruksi, lisplang menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak berubah) dari susunan kasau. Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-batang kasau hanya ditahan oleh paku dan ada kemungkinan posisinya bergeser. Disinilah lisplang berfungsi untuk mengunci susunan kasau tersebut agar tetap berada pada tempatnya. Dari segi estetika, lisplang berfungsi menutupi kasau yang berjajar dibawah susunan genteng/bahan penutup atap lain. Maka tampilan atap pada bagian tepi akan terlihat rapi oleh kehadiran lisplang.
2.2.4      Perancangan Atap Yang Baik Menurut Iklim
Atap dapat dikatakan berkualitas jika strukturnya kuat/kokoh dan awet/tahan lama. Faktor iklim menjadi bahan pertimbangan penting dalam merancang bentuk dan konstruksi atap/bangunan.Keberadaan atap pada rumah sangat penting mengingat fungsinya seperti payung yang melindungi sisi rumah dari gangguan cuaca (panas, hujan dan angin).
2.2.5          Jenis Material Struktur Dan Penutup Atap
Penentuan material tergantung pada selera penghuni,namun harus tetap memerhatikan prinsip dasar sebuah struktur yaitu harus kuat,presisi,cukup ringan,dan tidak over design. Atap yang kuat harus mampu menahan besarnya beban yang bekerja pada elemen struktur atap.
Ada 3 jenis beban yang bekerja pada atap yaitu:
a.       beban berat sendiri (bahan rangka,penopang rangka,dan penutup atap),
b.      beban angin tekan dan angin hisap,dan
c.       beban bergerak lain (berat manusia saat pemasangan dan pemeliharaan)
d.      Pemilihan bahan tertentu harus diikuti oleh pengetahuan yang lengkap
akan karakteristik setiap bahan.


2.3    Bentuk dan ukuran
Dibandingkan hujan dan panas,angin merupakan faktor yang paling diperhitungkan demi menjamin atap yang kuat. Beberapa masalah akibat angin kencang antara lain:penutup atap yg terbang,gording terlepas,kuda-kuda terangkat,dan kolom kayu bergeser atau terangkat.
Atap yang baik adalah yang dapat menerima beban angin yang sama dari segala arah (idealnya adalah bentuk atap bulat). Bentuk ini sangat berpengaruh pada besarnya tekanan angin yang bekerja pada bangunan. Semakin tinggi bangunan akan semakin besar tekanan angin. Tekanan angin bekerja lebih ringan bila tinggi bangunan lebih kecil dari setengah lebar bangunan. Kemiringan atap yang memberikan beban angin yg rendah adalah antara 10°-30°. Untuk sudut yang lebih besar dari dari 30°,perlu kekuatan yg lebih baik dan penutup yg sesuai.
2.4      Teknik Pengerjaan
Penutup atap dari seng dan asbes gelombang harus diikat pada gording dengan paku paling sedikit 6 paku tiap 1 m2.Penutup atap genteng harus diikat dengan kawat tiap 5 jalur genteng, sedangkan untuk genteng yang ada lubangnya dapat dipakukan ke reng.Pengerjaan atap harus dibuat secermat mungkin sesuai dengan karakteristik yang mengikuti setiap jenis bahan. Beberapa contoh persyaratan berikut ini harus diikuti.
a.       Bentang Maksimal
Setiap jenis material memiliki karakteristik tersendiri. Rangka atap baja memiliki kemampuan bentang lebih panjang daripada material kayu. Baja atau kayu,dapat disambung dengan sambungan khusus dengan memerhatikan dimensi/ukuran batang dan perilaku gaya pada batang yang akan disambung.
b.      Teknik Sambungan
Kekuatan sambungan antar elemen yang digunakan untuk rangka juga harus diperhatikan. Misalnya,kayu yang mempunyai keterbatasan ukuran maka penyambungan yang baik dan benar adalah kunci kekuatan atap.
Ada 2 metode menyambung kayu,yaitu :
1.      Baut (tanpa plat/dengan plat T/dengan plat L) pilih diameter yang tepatagar kayu tidak pecah ketika dibaut. Jumlah baut disesuaikan dengan kekuatan struktur yang akan membebani sambungan tersebut dan dimensi kayunya.
2.        Paku dimensi paku disesuaikan dengan dimensi kayu,yakni 2x ketebalan kayu yg disambung.
c.       Pemasangan
Kerapian pemasangan penutup atap (presisi), jika menggunakan genteng, maka jarak reng harus sesuai spesifikasi dan rekomendasi dari produsen. Beberapa contoh pengerjaan atap yang tidak cermat sering terjadi pada jurai dalam, yaitu terdapatnya sambungan tekuk ke bagian dalam; susunan atap yang tidak berpresisi; atau bidang atap yang bergelombang akibat dari pemasangan reng yg tidak rapi. Semua ini mengakibatkan munculnya gangguan pada atap dan mempengaruhi kekuatan atap.
d.      Keawetan material
Awet atau tidaknya atap dikaitkan dengan faktor lingkungan termasuk cuaca dan organisme perusak yang dapat menyebabkan menurunnya kemampuan struktur. Misalnya,serangan rayap terhadap kayu. Kayu yang diserang akan terlihat masih utuh meski bagian dalamnya keropos. Maka,untuk menciptakan atap yang kuat perlu dilakukan teknik perlindungan terhadap material bangunan. Contohnya,sebelum digunakan kayu harus diberi treatment yang dapat meningkatkan daya tahan kayu. Bahan dari metal biasanya diberi coating atau lapisan khusus yang melindungi material dari korosi atau karat.
2.5.  Bentuk Atap Berdasarkan Kemiringan
2.5.1.   Atap Datar (Kemiringan 0°- 4°)Karakter:
a)     Sederhana dari segi pembuatan dan penampakkannya.
b)    Biaya per m2 lebih murah (pemakaian bahan lebih hemat)
c)     Ruangan cenderung panas karena umumnya atap datar menggunakan bahan metal (mempunyai penyaluran panas yang rendah sehingga panas matahari langsung dialirkan kedalam ruang);
Ada 2 jenis penutup, yaitu atap beton dan atap metal. Atap beton lebih mahal tetapi penyaluran panasnya lebih tinggi.
2.5.2.   Atap Miring, (tinggi atap sama dengan /lebih dari setengah lebar bangunan)
Karakter:
a.       Konstruksi atap lebih rumit;
b.      Membutuhkan jumlah material yang lebih banyak;
c.       Ruang di bawah lebih dingin karena adanya rongga di dalamnya;
d.      Pilihan bahan ada 2 yaitu tanah liat (genteng) dan bahan pengganti seperti beton,bitumen,kayu keras (sirap),dan lembaran baja tipis yang dibentuk seperti genteng;
e.       Pilihan model atap:pelana,perisai,kerucut,kombinasi beberapa tipe.
2.6.  Bentuk dan Model Atap
Bentuk atau model konstruksi atap bermacam – macam sesuai dengan peradaban dan perkembangan teknologi serta sesuai dengan segi arsitekturnya. Bentuk atap yang banyak terdapat adalah :
a.       Atap Datar
Model atap yang paling sederhana adalah atap berbentuk datar atau rata. Atap datar biasanya digunakan untuk bangunan/ rumah bertingkat, balkon yang bahannya bisa dibuat dari beton bertulang, untuk teras bahannya dari asbes maupun seng yang tebal. Agar air hujan yang tertampung bisa mengalir, maka atap dibuat miring ke salah satu sisi dengan kemiringan yang cukup.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1ttBwgqNoOOb1IyiiO0XaK5dm3dQHX8tVKWT-rcXzZAFIWp2nCAkxXKuvUM4vmnx4rkvLZ0QL-HLirIIf5jWLFHTXDitBcpliKgpaowGf1JM2b7UtZ6d0ay2qcVADbJ5J61lcQ6VfEP8E/s320/1.jpg
Gambar 2.6.1 : Atap Datar
Modelnya bidang datar memanjang horizontal biasanya dipakai untuk atap teras. Atau bahkan digunakan untuk membuat taman di atas rumah. Atap bentuk ini paling susah perawatannya terutama dalam masalah mendeteksi kebocoran. Yang perlu diperhatikan dalam merencana atap ini adalah memperhitungkan ruang sirkulasi udara di bawahnya supaya suhu ruangan tidak terlalu panas.
b.      Atap Sandar
Model atap sengkuap biasa digunakan untuk bangunan – bangunan tambahan misalnya; selasar atau emperan, namun sekarang atap model ini juga dipakai untuk rumah - rumah modern. Beberapa arsitek mengadopsi model atap ini kemudian menggabungkannya dengan atap model pelana.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsYss846QrUrLv5ujBzhC7LzgvATZ6ZNxoTmhtXG3YKOWHDw2PtzhBsTWbBygVpsB87vDjBP6EqO2WuYrAFdHG7i65ZmKersn4kxU_uQE79i0g8T4vHsRsyqvukdnMeIUz-9iD0KOKNLO0/s320/2.jpg
Gambar 2.6.2 : Atap Sandar
c.       Atap Pelana
Bentuk atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai untuk bangun – bangunan atau rumah di masyarakat kita. Bidang atap teridiri dari dua sisi yang bertemu pada satu garis pertemuan yang disebut bubungan. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlujHPyXMksWONHzGPTYufM25ymbx2V9dWWka7Rcydb4INSUwE2gVwUSltsme6LmfBW6EXdVfHkh51lFA6dCzraURHTXufLCbYUA3x5Cgiu030siNNxf9kZpqwEqmVp6qfCHaxX9IEKmSn/s1600/3.jpg
Gambar 2.6.3: Atap Pelana
Atap ini merupakan bentuk atap rumah yang dianggap paling aman karena pemeliharaannya mudah dalam hal mendeteksi apabila terjadi kebocoran. Atap pelana terdiri atas dua bidang miring yang ujung atasnya bertemu pada satu garis lurus yang biasa kita sebut bubungan. Sudut kemiringan antara 30 sampai dengan 45 derajat.
d.      Atap Tenda
Model atap tenda dipasang pada bangunan yang panjangnya sama dengan lebarnya, sehingga kemiringan bidang atap sama. Bentuk atap tenda terdiri dari empat bidang atap yang bertemu disatu titik puncak, pertemuan bidang atap yang miring adalah dibubungan miring yang disebut jurai. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmbchrKgnG4ev7OJcifvwC7J7DAvM1NkERCDXqjvDr0h1dGx2IxChulxfaEWIQrvVDRl1bXkyOYYbdf2TyblmvhgAIkSZLm5sQDIuUXZs1w9N9CSeBDXZg_L072UDfNhaaASFufy5zfquA/s320/4.jpg
Gambar 2.6.4: Atap Tenda

e.       Atap Limas (perisai)
Atap berbentuk limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang bertemu pada satu garis bubungan jurai dan dua bidang bertemu pada garis bubungan atas atau pada nook. Jika dilhat terdapat dua bidang berbentuk trapesium dan dua dua bidang berbentuk segitiga. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4mZrnSkmG5zcIgqrH_O3U_xjFECr0fDq_7mdIbB6KLq4v23oo2yEOU5weaTZQ-ccBDqXBM-yUTut4qfzQD8aZ2z62tc5LwT9zQUYc6UpaI16WsA68KGct5LXxetLbm41qfO1AGyvG_jDf/s320/5.jpg
Gambar 2.6.5: Atap Perisai
Bentuk atap ini penyempurnaan dari bentuk atap pelana, yang terdiri atas dua bidang atap miring yang berbentuk trapezium. Dua bidang atapnya berbentuk segi tiga dengan kemiringan yang biasanya sama.
f.       Bentuk Atap Kombinasi Pelana+Perisai.
          Bentuk atap ini adalah kombinasi atau gabungan dari atap jenis pelana dan perisai (limasan). Ada yang juga menyebut jenis atap ini sebagai atap tenda patah atau atap joglo.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPiRdHNzgDpLur43qpk-UBgK3QohVZDGTjQHmfLTYa8keyhkCwcNsYDBd69E8RfHlpjeaNBk5-Be78xEXFacKXnxo51b2gFmW3Pp8eBLy07cRzymG81lKNsIYr3U7jyhVk26v3mXSGs02n/s1600/6.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpgwe8Lz98M33jZAl7sa8u3cG3eQyrVKzWUcgwjLxm_vda_1jvbveHXzIVEEXJ2SIOq3mwlZ1IZdMIYV5SeShb5_CyuUq5Ik7JvatHQSl43Bn_1jFiMJjUx3d_lu_354inMLIXKDxByKfP/s1600/7.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzHautEsmwdAF6wBnjDQxkuwruC2AXL406jt8cv5vGlErSSwg8mqqRNiaNQFI8WZEkYjXTxo8H5BgtZLTUb6Auo7SfTCYg1CoplUmAgO-UJIfCpFZMSvgvgd4FttwwqW98eAVOqzl68gIi/s320/8.jpg
Gambar 2.6.6 : Atap Kombinasi Pelana+Perisai
g.      Atap Mansard
Bentuk atap model ini seolah – olah terdiri dari dua atap yang terlihat bersusun atau bertingkat. Atap mansard jarang digunakan untuk bangunan rumah di daerah kita, karena sebetulnya atap ini dibangun oleh pemerintah belanda saat menjajah di negara kita.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2d0Z_kgWwJa4xqYrltc_OdZL0CziZeKbBn2zBkJmWZNc7fBcDb5JSOqsZpM09C9jkccliaXlqBjNjx3sUQLThRkTumvSA-nv6BMO907eUb3gWq9z5F_PWNggJfnjdkZ1svuetnXGFV1es/s320/9.jpg
Gambar 2.6.7: Atap Mansard

h.      Atap Menara
Bentuk atap menara sama dengan atap tenda, bedanya atap menara puncaknya lebih tinggi sehingga kelihatan lebih lancip. Atap ini banyak kita jumpai pada bangunan – bangunan gereja, atap menara masjid dan lain – lain. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6JnEp4s4zDPBZW8D3RSqpOcJKLV71S4jP9nW4xlNUDcR8FTmOcbks0DmiFcrdKzS2ev6NciY5Ad85WUKmbvSYyharRr9y7QhlQlWKCNj9FC-jWh0HofAlOLZRa6PEkaWTL_fapDjds_Lz/s320/10.jpg
Gambar 2.6.8: Atap Menara
i.        Atap Piramida
Model atap ini terdiri lebih dari empat bidang yang sama bentuknya. Bentuk denah bangunan dapat segi 5, segi 6, aegi 8 dan seterusnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQInQdU-7-hkJHES4VfpGM8KU3Xntp5NmOgnK6FcT0tWkFaqTlf54X4ZBPGeqN0N-7prqgCICuXuL-afEuCJQRmLxQxZvDlPRQ6nbHFYo89zuV5F80DRsPk65UUkhHpm13y88-SAfpq4Cw/s320/11.jpg
Gambar 2.6.9: Atap Piramida
j.        Atap Minangkabau
Atap minangkabau seolah – olah berbentuk tanduk pada tepi kanan dan kiri. Bentuk atap ini banyak kita jumpai di Sumatra. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjluRHmtbpwbecSjYMpdt0K86HhOYFAyvlBPITyI9wOxN1rdp-AOck9Lf97oqNSSlXYEdytYEyhxSVQR7Assu3xLgUqR2_31cy1jfGbvDtGoz-CFRHdccLoy6NeJ0MkgSNoUlna8pVrNytz/s320/12.jpg
Gambar 2.6.10: Atap Minang
k.      Atap Joglo
Model atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun sehingga atpnya seperti bertingkat. Atap ini banyak dibangun di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZI0dX_1Cw7DjjLKvrC_jOpQmMWYiN5Pu1FmtyilcLWkJ8yKbzyOJLOJlazAYZhPe3m2-8TwRT5xyTYKPtMJWvs8TrLXeTe5uIxy9C3jrPkYGD5T0zkrtpn5PZFEL8Vy0t595R8UlV-SJs/s1600/13.jpg
Gambar 2.6.11: Atap Joglo

l.        Atap Setengah Bola (Kubah)
Model atap berbentuk melengkung setengah bola. Atap ini banyak digunakan untuk bangunan masjid dan gereja.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNKztxMnDzZMnAmWHgMMxOLndiMAe3iB7ZJLPfD9fGPl7B80LwXTQkkqU853srN9_IffRy8VvHIlmkXfQSNI6ubTq1tGKzoGbu4qitKQdgP1GmSsP1RuRy22-U_RLkWV5LA_Le76OHyB9O/s1600/14.jpg
Gambar 2.6.12: Atap Kubah
m.    Atap Gergaji
Model atap gergaji ini terdiri dari dua bidang atap yang tidak sama lerengnya. Model atap gergaji bisa digunakan untuk bangunan pabrik, gudang atau bengkel.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjYUkQNwJkQR2LLzQQPnqUl-FnO-_X903f_wYb9q4fYI49rSD_FPWif_QAXfs0kYMePJ7KdsNGyRK35gLQETNrS8aZQybBidX-uAJ3onLEbi9Zuu_mqV5cyqv0wY_50ab3irA23viQQmHW/s320/15.jpg
Gambar 2.6.13 : Atap Gergaji
2.7.  Jenis-jenis Material Penutup Atap
Setiap jenis material penutup atap punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Anda bisa memilihnya dengan mempertimbangkan penampilan, kepraktisan, bentuk, dan rencana desain. Ada beberapa jenis material atap yang saat ini banyak digunakan, yaitu sebagai berikut.
a.    Atap Sirap
Penutup atap yang terbuat dari kepingan tipis kayu ulin (eusideroxylon zwageri) ini ketahanannya tergantung keadaan lingkungan, kualitas kayu yang digunakan, dan besarnya sudut atap. Penutup atap jenis ini bisa bertahan hingga 25 tahun atau lebih. Bentuknya yang unik cocok untuk rumah-rumah bergaya pedesaan yang menyatu dengan alam.
b.    Atap Genteng Tanah Liat Tradisional
Material ini banyak dipergunakan untuk rumah. Gentang terbuat daritanah liat yang dicetak dan dibakar. Kekuatannya cukup baik. Untuk memasang genteng tanah liat membutuhkan rangka. Genteng dipasang pada atap miring. Genteng menerapkan sistem pemasangan inter-locking atau saling mengunci dan mengikat.
Seiring waktu, warna dan penampilan genteng akan berubah. Pada permukaannya biasanya akan tumbuh jamur. Bagi sebagian orang dengan gaya rumah tertentu mungkin ini bisa membuat tampilan tampak lebih alami, namun sebagian besar orang tidak menyukai tampilan ini.
c.       Atap Genteng Keramik
Material genteng ini berbahan dasar tanah liat. Namun genteng ini telah mengalami proses finishing, jadi permukaannya sudah diglasur. Lapisan ini dapat diberi warna yang beragam untuk melindungi genteng dari lumut. Ketahanannya sekitar 20–50 tahun. Aplikasinya sangat cocok untuk hunian modern di perkotaan.
d.        Atap Genteng Beton
Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanahtradisional, hanya saja bahan dasarnya adalah campuran semen PC dan pasir kasar. Bagian luarnya diberi lapisan tipis yang berfungsi sebagai pewarna dan lapisan kedap air. Sebenarnya atap ini bisa bertahan lama, tetapi lapisan pelindungnya hanya akan bertahan antara 30 hingga 40 tahun.
e.         Atap Seng
Atap ini terbuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan seng secara elektrolisis yang tujuannya untuk membuatnya jadi tahan karat. Jadi, kata 'seng' berasal dari bahan pelapisnya. Jenis ini akan bertahan selama lapisan seng ini belum hilang. Jika sudah lewat masa itu, atap akan mulai berkarat dan bocor.
f.         Atap Dak Beton
Atap ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan beton. Penerapannya biasanya pada rumah-rumah modern minimalis dan kontemporer. Karena konstruksinya kuat, atap ini dapat digunakan sebagai tempat beraktivitas, misalnya untuk menjemur pakaian dan bercocok tanam dengan pot.
Kebocoran pada atap dak beton sering sekali terjadi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan pada bagian cor-nya dan pada saat memasang lapisan waterproof pada bagian atasnya.

g.        Atap Genteng Metal
Atap ini berbentuk material lembaran, mirip seng. Genteng ini ditanam pada balok gording rangka atap dengan menggunakan sekrup. Pemasangannya tidak jauh berbeda dengan genteng tanah liat. Ukurannya lebih besar dari genteng tanah liat, yakni sekitar 60–120 cm, dengan ketebalan 0,3 mm.
h.        Genteng Aspal
Material genteng yang satu ini bersifat transparan, terbuat dari campuran lembaran bitumen (turunan aspal) dan bahan kimia lain. Ada dua model yang tersedia di pasaran. Pertama, model datar bertumpu pada multipleks yang menempel pada rangka, dan jenis yang kedua, model bergelombang yang pemasangannya cukup disekrup pada balok gording.
Atap ini biasanya dipilih dan dipasang untuk memberi penerangan alami dalam rumah pada siang hari. Biasanya dipasang pada bagianrumah yang tidak mendapatkan cahaya langsung dari jendela, atau sebagai aksen yang melengkapi desain sebuah rumah. Bentuknya pun bermacam macam, ada yang berbentuk lembaran kaca atau genteng kaca sesuai kebutuhan.
i.          Atap Polikarbonat
Atap ini berbentuk lembaran besar yang dapat dipasang tanpa sambungan. Keunggulan polikarbonat adalah pada kualitas materialnya dan ketahanannya terhadap radiasi matahari. Atap jenis ini biasanya dipakai pada kanopi atau atap tambahan. Atap polikarbonat dapat dipasang dengan mudah dan cepat, namun harganya memang lebih mahal dari atap lainnya.
j.          PVC (Polyvinyl Chloride).
Banyak digunakan dan posisinya antara fiberglass dan polycarbonate, yaitu lebih tahan lama dibanding fiberglass, tetapi lebih murah dari polycarbonate.
k.        Aluminium.
Umumnya yang banyak dipakai adalah produk Pryda atau Lovera yang memiliki kemudahan serta fleksibilitas karena dapat dibuka dan ditutup dengan mudah. Hanya, harganya relatif tinggi dibandingkan penutup lainnya.
l.          Beton Bertulang.
Atap beton bertulang banyak digunakan pada gedung-gedung bertingkat tinggi, dan pada rumah tinggal yang didesain untuk dapat ditingkat dalam waktu yang akan datang atau biasa disebut dengan model rumah mengambang atau rumah tumbuh. 
2.8.  Konstruksi Kuda-Kuda
Konstruksi kuda-kuda adalah susunan rangka batang yang berfungsi mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri, sekaligus dapat memberikan bentuk pada atap.Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Struktur ini termasuk dalam klasifikasi struktur framework (truss), secara umumnya kuda - kuda terbuat dari kayu, bambu, baja, dan beton bertulang.
Kuda - kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang maksimal sekitar 12 m. Kuda - kuda bambu pada umumnya mampu mendukung beban atap sampai dengan 10 meter .kuda - kuda baja sebagai pendukung atap, dengan sistem frame work atau lengkung dapat mendukung beban atap sampai dengan bentang 75 meter, seperti pada hanggar pesawat, stadion olah raga, bangunan pabrik, dll.
Kuda - kuda dari beton bertulang dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 meter.Pada kuda - kuda dari baja ataukayu diperlukan ikatan angin untuk memperkaku struktur kuda-kuda pada arah horisontal.Pada dasarnya konstruksi kuda - kuda terdiri darirangkaian batang yang selalu membentuk segitiga.
Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan dan bentuk penutupnya, maka konstruksi kuda - kuda satu sama lain akan berbeda, tetapi setiap susunan rangka batang harus merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja tanpa mengalami perubahan. 
Kuda-kuda diletakkan diatas dua struktur beton/baja selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horisontal maupun momen, karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja ( dalam perhitungan struktur tembok tidak diperhitungkan sebagai penerima beban tapi hanya sebagai beban )

Beban-beban yang dihitung adalah :
1.      Beban mati ( yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda - kuda, plafon termasuk instalasi listrik, air bersih/air kotor dan instalasi lain yang berada diatas plafon dengan posisi menggantung )
2.      Beban hidup ( angin, air hujan, orang pada saat memasang/memperbaiki atap ).
Kuda - kuda berdasarkan bentang kuda-kuda dan jenis bahannya :
            a.      Bentang 3-4 Meter
    Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 s.d. 4 meter, bahannya dari kayu, atau beton bertulang.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-thdBrm2QFlJsfeWasrYd-Jh_KK7lKvCQ3TbSwzoDdETuLPkpwURPJzEza63WHL22ggD2T4UF8pilyPD1H1qim5YHTQtonJcNRBfpBKKnFis3Go3BdlG7KLXD1NqiOmrfGMN_Huwdf4Wn/s320/16.jpg
Gambar 2.8.1: Kuda-Kuda Bentang 3-4 Meter
b.   Bentang 4-8 Mater
Untuk bentang sekitar 4 s.d. 8 meter, bahan dari kayu atau beton bertulang. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDxZ9wRbDDPFWkrR__g7Sf0uIaSdGPOsp-O2bLJbi3Oyq5RyO0nCoOXaXzhnv5hTNsiPhyphenhyphenM3FA1BIyiNd7bJMDxga_XsZvJds1Bd6Mq9kOnsb19Hmks6-qUS7405Fi7r7mbESkaTUvlJBY/s320/17.jpg
Gambar 2.8.2: Kuda-Kuda Bentang 4-8 Meter
c.    Bentang 9-16 Meter
Untuk bentang 9 s.d. 16 meter, bahan dari baja (double angle).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpJhAHS6FQvITTvGns6JABC97M5N6hs5Tqwxs2_V48qWO9wG25A9zqccukK8H8o6qdIgLlBckFvYEg9EtzjIqSkudWap2TQRpLvzWB3SwL27MxwAKpbY40WuyOPULt1NjDqwMi1c4bEhBw/s320/18.jpg
Gambar 2.8.3: Kuda-Kuda Bentang 9-16 Meter
d.   Bentang 20 Meter
Bentang maksimal sekitar 20 m, Bahan dari baja (double angle) dan Kuda-kuda atap sebagai loteng, Bahan dari kayu
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDYWLy9CFiVQHCVJf8tT3Vik6qlxFfTTzZLbxwxG0OQGR0_uuzV8quVlxwHM70xrQ3havbctRu5c8IQwPSg-DcaMNrCC9kgm18fNNQrKmo-fCADONPtIbRDd3lQFSm-Z1w4se-PQnVMhTN/s320/19.jpg
Gambar 2.8.4: Kuda-Kuda Bentang 20 Meter
e.    Kuda-Kuda Baja Profil Siku
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEittMMTUO3Hve-UMPuVoPeVmFnA195jAUw_PEm1bARgZAo4D1n5A1xOs1FYUmIsm2UjO4pz0oR2EkAc3nAMHr3e8mZdyWvaAOF5QQeInDPuZrmQGqv0DkFovsy7U00ltbv5dJhGYJWdtmvC/s1600/20.jpg
Gambar 2.8.5: Kuda-Kuda Baja Profil Siku
f.     Kuda-Kuda Gabel Profil WF 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4ljoCz2evyaN1Rg0IPtn76Xa9w-0Reb9gBvklqiFZiGZ0QbcowXu4mF78sP1gk2VhuudeMaDC8MdQY7LwSx3P4cNylLaVnuCYim-xMWjRV5MzOOKQxcBPeO9FbanJiQ_shuQEEc37KDtg/s1600/21.jpg
Gambar 2.8.6: Kuda-Kuda Gabel Profil WF
2.9.  Struktur Atap Kayu
2.9.1   Konstruksi Atap Kayu
Atap dengan konstruksi kuda kuda kayu termasuk paling banyak digunakan di negeri kita. Selain karena material kayu yang sangat mudah didapatkan di toko toko material, konstruksi kayu juga dikuasai oleh tukang tukang lokal. Konstruksi kayu yang dipakai di kebanyakan bangunan di Indonesia saat ini, tekniknya didapatkan dari bangunan bangunan kolonial Belanda.
Konstruksi kayu model Belanda ini bisa digambarkan sebagai berikut:



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqvv98ykPZAq4nQju17asG0SMxCDQbwoiGQBWgtADQvRhmlw3Ylw30Slfb3ysD05TMxFEBw63BjuBK_N88qFRJCK-WrO-ZiwYzzppjzPQaTk5lPFby9y8Dyvnhj2VD-NCy1mLqZhse0MxS/s320/22.jpg
Gambar 2.9.1 : Konstruksi Kayu Yang Diadaptasi Dari Sistem Konstruksi Kayu Dari Belanda
Konstruksi kayu ini terdiri dari:
a.       Kuda-kuda
Kuda-kuda terdiri dari kuda penopang (kayu-kayu diagonal bagian pinggir) yang menyalurkan gaya tekan, balok dasar pada kuda-kuda (kayu horizontal di bagian bawah) yang berfungsi sebagai penahan gaya tarik, serta tiang tengah (kayu vertikal) yang mendukung balok bubungan dan menerima gaya tekan.
Prinsip dasar kuda-kuda kayu adalah menyalurkan gaya yang bekerja padanya kepada kolom atau dinding bangunan rumah. Bentuk kuda-kuda yang segitiga bertangkup merupakan bentuk yang sangat stabil atau tidak mudah berubah bentuk.
Dalam menentukan kemiringan atap berkaitan dengan konstruksi atap kasau, masing-masing pasangan kasau dan balok kuda-kuda (batang tarik) membentuk suatu segitiga. Makin besar sudut kemiringan atap, makin mudah beban atap disalurkan. Oleh karena itu, sudut kemiringan atap tersebut sebaiknya tidak kurang dari 30 derajat.
b.      Gording, usuk dan Reng
Gording adalah balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda. Gording menahan beban dari kayu usuk dan reng sebagaimana bisa kita lihat pada gambar ilustrasi diatas. Usuk menahan kayu reng. Kayu reng menahan atau menjadi pijakan meletakkan genteng di bagian atasnya.
Usuk dan Reng dibutuhkan bila atap menggunakan genteng. Bila atap menggunakan penutup seng atau asbes, maka tidak perlu menggunakan usuk dan reng, langsung saja asbes atau seng diletakkan diatas gording.
2.9.2       Sifat Kayu Sebagai Material Bahan Konstruksi
Dari segi manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifatumum, yaitu sifat yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan. Sifat-sifat utama tersebutantara lain ; Kayu merupakan sumber kekayaan alam bisa digunakan sebagai bahan baku untuk konstruksi atap. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang lain.
Dengan kemajuan teknologi, kayu sebagai bahan mentah mudah diproses menjadi barang lain Kayu tidak mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan-bahan lain.misalnya kayu mempunyai sifat elastis, ulet, mempunyai ketahanan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya atau sejajar seratnya dan masih ada sifat-sifat lain lagi.
 Sifat-sifat seperti ini tidak dipunyai oleh bahan–bahan baja, beton, atau bahanbahan lain yang bisa dibuat oleh manusia. Konstruksi atap kayu mempunyai sifat-sifat yang menarik, meskipun ada juga rintangannya karena tradisi tukang kayu. Untuk mengenal dan menentukan suatu jenis kayu, dapat dilihat dengan memperhatikan sifat-sifat kayu seperti kulit, warna kayu teras, arah serat dan sebagainya. Dan jenis kayu yang biasa digunakan untuk konstruksi atap kayu adalah jenis kayu kamfer, jati, bengkirai, keruing dan mahoni.
2.9.3     Bagian-Bagian Dari Atap
Bubungan ialah sisi atap yang teratas. Selalu dalam kedudukan datar kebanyakan juga menentukan arah bangunan.Tiris atap atau bagian atap terbawah, menentukan sisi atap yang datar.Garis penahan atap, pada tambahan kasau miring atau pada atap Mansard, garis pertemuan antara dua bidang atap yang berbeda kemiringannya. Harus sejajar dengan garis atap tiris atap. Jadi juga datar.
Jurai luar, ialah bagian yang tajam pada atap, berjalan dari garis tipis atap sampai bubungan, pada pertemuan dua bidang atap sudut bangunan ke luar.Jurai dalam, ialah bagian yang tajam pada atap, juga berjalan dari garis tipis atap sampai bubungan, pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke dalam.Titik pertemuan jurai dan bubungan, tempat bertemunya tiga bidang atap atau lebih.
Bubungan penghubung miring, garis jurai pada bidang-bidang atap yang bertemu. Terjadi pada bangunan, yang tinggi bubungannya berbeda letaknya. Menghubungkan dua titik pertemuan jurai dan bubungan.
Gording   membagi   bentangan   atap   dalam   jarak-jarak   yang   lebih kecil pada proyeksi horisontal. Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin, beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording menjadi tempat ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan panjang  usuk   yang   tersedia.
Gording harus berada di atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan dengan panjang usuk yang tersedia.Bahan- bahan untuk Gording, terbuat dari kayu, baja profil canal atau profil WF. Pada gording dari baja, gording satu dengan lainnya akan dihubungkan dengan sagrod untuk  memperkuat dan   mencegah dari terjadinya pergerakan.
Posisi sagrod diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang terjadi pada gording. Gording kayu biasanya memiliki dimensi : panjang maksimal 4 m, tinggi 12 cm dan lebar 8 cm s.d. 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d. 2,5   m.
Gording   dari   baja   profil   canal   (Iight   lip   channel)   umumnya   akan mempunyi dimensi; panjang satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi antara 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 2,5 mm. Profil WF akan memiliki panjang 6 s.d. 12 meter, dengan tinggi sekitar 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 0,5 cm.
Sagrod adalah batang besi bulat  terbuat  dari tulangan polos dengan kedua ujungnya memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser(diperpanjang / diperpendek)
Usuk berfungsi menerima beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke gording.   Usuk terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usu     k dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk akan terhubung dengan gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi tertentu usuk harus dibor dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung usuk.
Reng berupa batang kayu berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar     3 m.Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso. Pada atap   dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak digunakan.Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan dipasang pada arah   tegak lurus usuk dengan jarak menyesuaikan dengan panjang dari penutup atapnya (genteng)
Penutup atap adalah elemen paling luar dari struktur atap. Penutup atap harus mempunyai sifat kedap air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian hujan. Sifat tidak rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan. Struktur penutup atap merupakan struktur yang langsung berhubungan dengan beban-beban   kerja   (cuaca) sehingga harus dipilih dari bahan-bahan yang kedap air,  tahan   terhadap    perubahan cuaca. Struktur penutup yang sering digunakan antara lain;  genteng, asbes, kayu (sirap), seng, polycarbonat, plat beton, dan lain-lain.
2.9.4    Atap Sebagai Komponen Bangunan Fungsi Konstruksi Atap
            Arti dan fungsi konstruksi atap ialah sdbagai pelindung manusia terhadap cuaca. Dinding dapat ditinggikan. Tetapi tidak mungkin menghapuskan atap, kenapa kita kehilangan tujuan suatu bangunan. Sebuah bangunan dibagi-bagi oleh atap menjadi rumah, menjadi bagian rumah, menjadi volume yang jelas, menjadi kesatuan yang dapat diidentifikasi. Atap memiliki fungsi yaitu sebagai berikut:
a.       Melindungi bangunan dari sinar panas matahari atau pun cuaca.
b.      Mencegah masuknya debu atau air hujan sekaligus sebagai penyejuk udara secara alamiah
c.        Menyediakan tempat teduh, segar, dan nyaman.
d.      Perlindungan bagi penghuninya.
Atap miring berfungsi utama sebagai penerus air hujan, oleh karena itu kemiringan atap ini tergantung jenis penutup atap yang dipakai. Seng danpenutup atap lembaran lainnya dapat digunakan dengan kemiringan yang rendah karena tidak khawatir terjadinya air meluap balik. Sedangkan penutup atap jenis kecil sepertigenteng dan sirap mempunyai kemiringan yang tinggi untuk mengalirkan air hujan. Bentuk atap miring ini terdiri dari beberapa macam antara lain pelana, limas ataupun tajuk. Bentuk-bentuk ini dapat dikombinasikan sehinga membentuk bentukan yang unik. Pemilihan bentuk juga harus dikaitkan dengan sistem lain termasuk penghawaan dan pencayaan bangunan.
BAB III
PENUTUP
3.1.  KESIMPULAN
Atap merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembuatan bangunan. Selain berfungsi sebagai penutup ruangan, atap juga dapat memperindahrumah penghuninya. Pemilihan bentuk dan pemasangan atap yang kurang baik berisikoterjadinya kebocoran sehingga penghuni bangunan tersebut akan merasa tidak nyaman.Memang hal ini dapat diperbaiki, tetapi diperlukan biaya dan energi cukup banyak. Biayatersebut bukan hanya untuk perbaikan atau tetapi juga biaya keamanan benda-benda atau barang-barang yang ada di bawahnya atau di dalam rumah.
3.2.  SARAN
Sebelum membangun sebuah gedung khususnya atap harus direncanakan sedetailmungkin, agar atap yang digunakan dalam sebuah gedung tersebut berkualitas baik.Pemilihan atap hendaknya memperhatikan iklim setempat, tampak atap yang dikehendaki, biaya yang tersedia dan bahan-bahannya dengan mudah di dapat dimana bangunan itu didirikan.









DAFTAR PUSTAKA
Kusjuliadi P, Danang,. Ragam Bentuk dan Perawatan Atap, Jakarta: Penebar Swadaya, 2007
Supribadi, Drs. Ik., Ilmu Bangunan gedung, Jakarta: Armico, 1993,   .
https://rajul-al.blogspot.co.id/2012/01/makalah-atap.html