TUGAS
KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
MAKALAH
KONSTRUKSI ATAP
DOSEN;
SUYITNO S.ST
DISUSUN
OLEH;
KELOMPOK
3
1.
SUDIRMAN
2.
IKA
DEVITASARI
3.
ZEFANYAS
DIAAN MAYUR
4.
KORI
INDRAWAN
5.
ILHAMSYAH
KEMENTRIAN RISET
TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGRI
PONTIANAK
PRGRAM STUDI DILUAR DOMISILI (PDD) DI KABUPATEN KAPUAS HULU
JURUSAN TEKNIK
SIPIL DAN PERENCANAAN
PROGRAM STUDI
TEKNIK SIPIL
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya ucapkan kepada Allah SWT tuhan yang maha esa, yang selalu
memberikan kesehatan dan kesempatan untuk kita terus berusaha dan berkarya,
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik merupakan salah satu anugrah-Nya Makalah ini saya kutip dari beberapa situs
internet yang memang membahas mengenai KONSTRUKSI
ATAP.
Tak
lupa pula ucapan terima kasih kepada, dosen mata kuliah sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Tentunya dengan harapan makalah ini dapat menyumbangkan
setitik harapan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.
Sebagai
penulis kami juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, tetapi
pada dasarnya saya selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang
ada pada makalah ini hingga mendekati kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran
sangat saya harapkan demi kemajuan kita bersama
Akhir
kata kami mengucapkan terimakasih atas perhatiannya.
Putussibau,
24 Maret 2017
penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTA ............................................................................................... i...........
DAFTAR
ISI........................................................................................................... ii
DAFTAR
GAMBAR............................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1.Latar
Belakang................................................................................................... 1
1.2.Tujuan................................................................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
2.1.Pengertian Atap................................................................................................. 3
2.2.Pembagian Struktur Atap................................................................................... 4
2.3.Bentuk
Dan Ukuran Atap.................................................................................. 9
2.4.Bagaimana
Teknik Pengerjaan Atap.................................................................. 9
2.5.bentuk
Atap Berdasarkan Kemiringan............................................................. 11
2.6.Bentuk
Dan Model Atap................................................................................. 12
2.7.Jenis-Jenis
Material Penutup Atap................................................................... 31
2.8.Konstruksi
Kuda-Kuda.................................................................................... 32
2.9.Struktur
Atap Kayu......................................................................................... 35
BAB
III PENUTUP.............................................................................................. 36
3.1.Kesimpulan...................................................................................................... 36
3.2.Saran................................................................................................................ 36
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6.4: Atap Tenda
Gambar 2.6.2 : Atap Sandar
Gambar 2.6.1 :
Atap Datar
Gambar 2.6.3: Atap Pelana
Gambar 2.6.5: Atap Perisai
Gambar 2.6.6 :
Atap Kombinasi Pelana+Perisai
Gambar 2.6.7: Atap Mansard
Gambar 2.6.8: Atap Menara
Gambar 2.6.9: Atap Piramida
Gambar 2.6.10: Atap
Minang
Gambar 2.6.11: Atap Joglo
Gambar 2.6.12: Atap Kubah
Gambar 2.6.13 : Atap Gergaji
Gambar 2.8.1: Kuda-Kuda Bentang 3-4 Meter
Gambar 2.8.2:
Kuda-Kuda Bentang 4-8 Meter
Gambar 2.8.3:
Kuda-Kuda Bentang 9-16 Meter
Gambar 2.8.4:
Kuda-Kuda Bentang 20 Meter
Gambar 2.8.6: Kuda-Kuda Gabel Profil
WFGambar 2.9.1 : Konstruksi Kayu Yang Diadaptasi Dari Sistem Konstruksi Kayu
Dari Belanda
Gambar
2.8.5: Kuda-Kuda Baja Profil Siku
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam suatu bangunan,
atap berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya.
Gunanya untuk melindungi dari pengaruh panas, hujan, angin, debu, dan
lain-lain. Sebagai “Mahkota” dari suatu bangunan, pemilihan atap haruslah
disesuaikandengan bangunan di bawahnya, iklim setempat, model atap, biaya,
serta bahan yangtersedia.Pemilihan atap hendaknya memperhatikan iklim setempat,
tampak atap yang dikehendaki, biaya yang tersedia dan bahan-bahannya dengan
mudah didapat di mana bangunan itu didirikan.
Tidak bisa dipungkiri,
atap mempunyai peranan penting sebagai satu kesatuan struktur pada bangunan.
Lihat saja perkembangannya beberapa tahun terakhir. Terlihat dari bentuk dan
warna yang mengikuti gaya atau tema pada bangunan.Pemanfaatan teknologi juga
tak bisa di kesampingkan. Selain untuk mendapatkan produk kualitas prima,
pemanfaatan teknologi merambah pada produk yang ramah lingkungan. Sejak isu
pemanasan global mencuat ke permukaan, pemakaian bahan bangunan ramah lingkungan
jadi tren di seluruh dunia. Produsen atap tak mau ketinggalan dan
berlomba-lomba menawarkan produk atap ramah lingkungan.
Ada beberapa pilihan
penutup atap yang berkualitas dan murah. Sebut saja seperti genteng. Jenis
genteng pun beragam dilihat dari harga, kualitas dan desain. Yang membedakan
hanya jenis bahannya saja. Ada yang terbuat dari metal, bitumen atau aluminium.
Menurut Country Director PT Onduline Indonesia, Budi Dermawan, konsumen sudah
aware dengan produk atap.
"Konsumen sudah
memahami produk atap selain fungsi utamanya, yaitu mempercantik struktur pada
bangunan" katanya. Di pasaran, seperti halnya properti, bahan bangunan
juga mempunyai segmentasi produk yang jelas. Istilah KW 1, KW 2 dan seterusnya.
Begitu pula dengan penutup atap. Untuk pemakaian pada bangunan kelas menengah,
penutup atap dari bahan seng, asbes dan tradisional sudah cukup. Sedangkan
untuk segmen atasnya, seperti rumah dengan kisaran harga diatas Rp500 juta
sudah menggunakan atap berbahan dasar. Untuk saat ini pilihan pasar masih
didominasi genteng keramik dan genteng beton. Sedangkan trend setter masih
dipegang genteng flat dan semi flat.
Pilihan ini sejalan
dengan perkembangan tema rumah moderen
minimalis dan moderen simplicity.
Namun, melalui tren rumah gaya minimalis yang minim ornamen, keberadaan genteng
beton pun mulai ikut terangkat. Penggunaan genteng flat yang diproduksi oleh
genteng beton, melengkapi tampilan bangunan bergaya minimalis.
Dalam pemilihan jenis
penutup atap ini ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan oleh konsumen
sebagai berikut :
a.
Tinjauan terhadap iklim setempat
b.
Bentuk keserasian atap
c.
Fungsi dari bangunan tersebut
d.
Bahan penutup atap mudah diperoleh
e.
Dana yang tersedia
1.2Tujuan
Adapun
tujan dari penulisan makalah yaitu, antara lain:
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan atap.
b.
Untuk mengetahui pembagian struktur atap.
c.
Untuk mengetahui bentuk dan ukuran atap.
d.
Untuk mengetahui bagaimana teknik
pengerjaan atap.
e. Untuk
mengetahui bentuk atap berdasarkan kemiringan.
f.
Untuk mengetahui bentuk dan model atap.
g.
Untuk mengetahui jenis-jenis material
penutup atap.
h.
Untuk megetahui konstruksi kuda-kuda.
i. Untuk
mengetahui struktur atap kayu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Atap
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang
berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang ada dibawahnya terhadap pengaruh
panas, hujan, angin, debu atau untuk keperluan perlindungan. Syarat – syarat
atap yang harus di penuhi antara lain :
a.
Konstruksi atap harus kuat menahan beratnya
sendiri dan tahan terhadap tekanan maupun tiupan angin
b.
Pemilihan bentuk atap yang akan dipakai
hendaknya sedemikian rupa, sehingga menambah keindahaan serta kenyamanaan
bertempat tinggal bagi penghuninya
c.
Agar rangka atap tidak mudah diserang oleh
rayap/bubuk, perlu diberi lapisan pengawet
d.
Bahan penutup atap harus tahan terhadap
pengaruh cuaca
e.
Kemiringan atau sudut lereng atap harus
disesuaikan dengan jenis bahan penutupnya maka kemiringannya dibuat lebih
landai.
2.2 Pembagian Struktur Atap
Komponen
Penyusun AtapTiga komponen penyusun atap:
1. struktur atap (rangka atap dan
penopang rangka atap);
2. penutup atap
(genteng,polikarbonat);
3. pelengkap atap (talang
horizontal/vertikal dan lisplang);
2.2.1
Struktur Atap
Struktur atap
adalah bagian bangunan yang menahan /mengalirkan beban-beban dari atap.
Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap
berfungsi menahan beban dari bahan penutup atap sehingga umumnya berupa susunan
balok –balok (dari kayu/bambu/baja) secara vertikal dan horizontal –kecuali
pada struktur atap dak beton. Berdasarkan posisi inilah maka muncul istilah
gording,kasau dan reng. Susunan rangka atap dapat menghasilkan lekukan pada
atap (jurai dalam/luar) dan menciptakan bentuk atap tertentu.
Penopang rangka
atap adalah balok kayu yang disusun membentuk segitiga,disebut dengan istilah
kuda-kuda. Kuda-kuda berada dibawah rangka atap,fungsinya untuk menyangga
rangka atap. Sebagai pengaku,bagian atas kuda-kuda disangkutkan pada balok
bubungan,sementara kedua kakinya dihubungkan dengan kolom struktur untuk
mengalirakan beban ke tanah.
Secara umum
dikenal 4 jenis struktur atap yaitu:
a) struktur dinding (sopi-sopi) rangka kayu
b) kuda-kuda dan rangka kayu
c) struktur baja konvensional
d) struktur baja ringan
Atap dan
bagian-bagiannya
a) jurai dalam
Jurai dalam ialah bagian yang tajam pada
atap,berjalan dari garis tiris atap sampai bubungan,dan terdapat pada pertemuan
dua bidang atap pada sudut bangunan kedalam.
b) jurai luar
Jurai luar,ialah bagian yang tajam pada
atap,berjalan dari garis tiris atap sampai bubungan,terdapat pada pertemuan dua
bidang atap pada sudut bangunan ke luar.
c) bubungan (nok)
Merupakan sisi atap yang teratas,selalu
dalam keadaan datar dan umumnya menentukan arah bangunan.
d) Gording
Balok atap sebagai pengikat yang
menghubungkan antar kuda-kuda. Gording juga menjadi dudukan untuk kasau dan
balok jurai dalam.
e) Kasau
Komponen atap yang terletak diatas gording
dan menjadi dudukan untuk reng.
f) Reng
Komponen atap
yang memiliki profil paling kecil dalam bentuk dan ukurannya. Posisinya
melintang diatas kasau. Reng berfungsi sebagai penahan penutup atap (genteng
dan lain-lain). Fungsi lainnya adalah sebagai pengatur jarak tiap genteng agar
rapi dan lebih “terikat”. Jarak antar reng tergantung pada ukuran genteng yang
akan dipakai. Semakin besar dimensi genteng,semakin sedikit reng sehingga biaya
pun lebih hemat.
2.2.2
Penutup Atap
Penutup
merupakan bagian yang menutupi atap secara keseluruhan sehingga terciptalah
ambang atas yang membatasi kita dari alam luar. Ada berbagai pilihan penutup
atap dengan pilihan bentuk dan sifat yang berbeda. Dua faktor utama yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihannya adalah faktor keringanan material agar tidak
terlalu membebani struktur bangunan dan faktor keawetan terhadap cuaca
(angin,panas,hujan). Faktor lain adalah kecocokan/keindahan terhadap desain
rumah. Ukuran dan desain dari penutup atap juga memberi pengaruh pada
struktur,misalnya konstruksi kuda-kuda,ukuran reng,dan sudut kemiringan.
2.2.3
Komponen pelengkap
Elemen pelengkap
pada atap selain berfungsi struktural juga estetis.
a. talang
Saluran air pada atap yang berfungsi mengarahkan air agar jatuh ketanah disebut talang. Talang dipasang mendatar mengikuti tiris atap kemudian dialirkan ke bawah melalui pipa vertikal.
Saluran air pada atap yang berfungsi mengarahkan air agar jatuh ketanah disebut talang. Talang dipasang mendatar mengikuti tiris atap kemudian dialirkan ke bawah melalui pipa vertikal.
b. Lisplang
Dari segi konstruksi, lisplang menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak berubah) dari susunan kasau. Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-batang kasau hanya ditahan oleh paku dan ada kemungkinan posisinya bergeser. Disinilah lisplang berfungsi untuk mengunci susunan kasau tersebut agar tetap berada pada tempatnya. Dari segi estetika, lisplang berfungsi menutupi kasau yang berjajar dibawah susunan genteng/bahan penutup atap lain. Maka tampilan atap pada bagian tepi akan terlihat rapi oleh kehadiran lisplang.
Dari segi konstruksi, lisplang menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak berubah) dari susunan kasau. Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-batang kasau hanya ditahan oleh paku dan ada kemungkinan posisinya bergeser. Disinilah lisplang berfungsi untuk mengunci susunan kasau tersebut agar tetap berada pada tempatnya. Dari segi estetika, lisplang berfungsi menutupi kasau yang berjajar dibawah susunan genteng/bahan penutup atap lain. Maka tampilan atap pada bagian tepi akan terlihat rapi oleh kehadiran lisplang.
2.2.4 Perancangan Atap Yang Baik Menurut Iklim
Atap
dapat dikatakan berkualitas jika strukturnya kuat/kokoh dan awet/tahan lama.
Faktor iklim menjadi bahan pertimbangan penting dalam merancang bentuk dan
konstruksi atap/bangunan.Keberadaan atap pada rumah sangat penting mengingat
fungsinya seperti payung yang melindungi sisi rumah dari gangguan cuaca (panas,
hujan dan angin).
2.2.5
Jenis Material Struktur Dan Penutup Atap
Penentuan material tergantung pada selera
penghuni,namun harus tetap memerhatikan prinsip dasar sebuah struktur yaitu
harus kuat,presisi,cukup ringan,dan tidak over design. Atap yang kuat harus
mampu menahan besarnya beban yang bekerja pada elemen struktur atap.
Ada 3 jenis beban yang bekerja pada atap yaitu:
a. beban berat sendiri (bahan rangka,penopang
rangka,dan penutup atap),
b. beban angin tekan dan angin hisap,dan
c. beban bergerak lain (berat manusia saat pemasangan
dan pemeliharaan)
d. Pemilihan bahan tertentu harus diikuti oleh
pengetahuan yang lengkap
akan karakteristik setiap bahan.
2.3 Bentuk dan ukuran
Dibandingkan
hujan dan panas,angin merupakan faktor yang paling diperhitungkan demi menjamin
atap yang kuat. Beberapa masalah akibat angin kencang antara lain:penutup atap
yg terbang,gording terlepas,kuda-kuda terangkat,dan kolom kayu bergeser atau
terangkat.
Atap yang baik adalah
yang dapat menerima beban angin yang sama dari segala arah (idealnya adalah
bentuk atap bulat). Bentuk ini sangat berpengaruh pada besarnya tekanan angin
yang bekerja pada bangunan. Semakin tinggi bangunan akan semakin besar tekanan
angin. Tekanan angin bekerja lebih ringan bila tinggi bangunan lebih kecil dari
setengah lebar bangunan. Kemiringan atap yang memberikan beban angin yg rendah
adalah antara 10°-30°. Untuk sudut yang lebih besar dari dari 30°,perlu
kekuatan yg lebih baik dan penutup yg sesuai.
2.4 Teknik Pengerjaan
Penutup
atap dari seng dan asbes gelombang harus diikat pada gording dengan paku paling
sedikit 6 paku tiap 1 m2.Penutup atap genteng harus diikat dengan kawat tiap 5
jalur genteng, sedangkan untuk genteng yang ada lubangnya dapat dipakukan ke
reng.Pengerjaan atap harus dibuat secermat mungkin sesuai dengan karakteristik
yang mengikuti setiap jenis bahan. Beberapa contoh persyaratan berikut ini
harus diikuti.
a.
Bentang Maksimal
Setiap
jenis material memiliki karakteristik tersendiri. Rangka atap baja memiliki
kemampuan bentang lebih panjang daripada material kayu. Baja atau kayu,dapat
disambung dengan sambungan khusus dengan memerhatikan dimensi/ukuran batang dan
perilaku gaya pada batang yang akan disambung.
b.
Teknik Sambungan
Kekuatan
sambungan antar elemen yang digunakan untuk rangka juga harus diperhatikan.
Misalnya,kayu yang mempunyai keterbatasan ukuran maka penyambungan yang baik
dan benar adalah kunci kekuatan atap.
Ada
2 metode menyambung kayu,yaitu :
1.
Baut (tanpa plat/dengan plat T/dengan
plat L) pilih diameter yang tepatagar kayu tidak pecah ketika dibaut. Jumlah
baut disesuaikan dengan kekuatan struktur yang akan membebani sambungan
tersebut dan dimensi kayunya.
2.
Paku dimensi paku disesuaikan dengan
dimensi kayu,yakni 2x ketebalan kayu yg disambung.
c.
Pemasangan
Kerapian pemasangan
penutup atap (presisi), jika menggunakan genteng, maka jarak reng harus sesuai
spesifikasi dan rekomendasi dari produsen. Beberapa contoh pengerjaan atap yang
tidak cermat sering terjadi pada jurai dalam, yaitu terdapatnya sambungan tekuk
ke bagian dalam; susunan atap yang tidak berpresisi; atau bidang atap yang
bergelombang akibat dari pemasangan reng yg tidak rapi. Semua ini mengakibatkan
munculnya gangguan pada atap dan mempengaruhi kekuatan atap.
d.
Keawetan material
Awet atau tidaknya atap
dikaitkan dengan faktor lingkungan termasuk cuaca dan organisme perusak yang
dapat menyebabkan menurunnya kemampuan struktur. Misalnya,serangan rayap
terhadap kayu. Kayu yang diserang akan terlihat masih utuh meski bagian
dalamnya keropos. Maka,untuk menciptakan atap yang kuat perlu dilakukan teknik
perlindungan terhadap material bangunan. Contohnya,sebelum digunakan kayu harus
diberi treatment yang dapat meningkatkan daya tahan kayu. Bahan dari metal
biasanya diberi coating atau lapisan khusus yang melindungi material dari
korosi atau karat.
2.5. Bentuk Atap Berdasarkan Kemiringan
2.5.1. Atap
Datar (Kemiringan 0°- 4°)Karakter:
a) Sederhana
dari segi pembuatan dan penampakkannya.
b)
Biaya per m2 lebih murah
(pemakaian bahan lebih hemat)
c)
Ruangan cenderung panas karena
umumnya atap datar menggunakan bahan metal (mempunyai penyaluran panas yang
rendah sehingga panas matahari langsung dialirkan kedalam ruang);
Ada
2 jenis penutup, yaitu atap beton dan atap metal. Atap beton lebih mahal tetapi
penyaluran panasnya lebih tinggi.
2.5.2. Atap
Miring, (tinggi atap sama dengan /lebih dari setengah lebar bangunan)
Karakter:
a.
Konstruksi atap lebih rumit;
b.
Membutuhkan jumlah material yang lebih
banyak;
c.
Ruang di bawah lebih dingin karena
adanya rongga di dalamnya;
d.
Pilihan bahan ada 2 yaitu tanah liat
(genteng) dan bahan pengganti seperti beton,bitumen,kayu keras (sirap),dan
lembaran baja tipis yang dibentuk seperti genteng;
e.
Pilihan model
atap:pelana,perisai,kerucut,kombinasi beberapa tipe.
2.6. Bentuk dan Model Atap
Bentuk atau model
konstruksi atap bermacam – macam sesuai dengan peradaban dan perkembangan
teknologi serta sesuai dengan segi arsitekturnya. Bentuk atap yang banyak
terdapat adalah :
a.
Atap Datar
Model atap yang paling
sederhana adalah atap berbentuk datar atau rata. Atap datar biasanya digunakan
untuk bangunan/ rumah bertingkat, balkon yang bahannya bisa dibuat dari beton
bertulang, untuk teras bahannya dari asbes maupun seng yang tebal. Agar air
hujan yang tertampung bisa mengalir, maka atap dibuat miring ke salah satu sisi
dengan kemiringan yang cukup.
Gambar 2.6.1 : Atap Datar
Modelnya
bidang datar memanjang horizontal biasanya dipakai untuk atap teras. Atau
bahkan digunakan untuk membuat taman di atas rumah. Atap bentuk ini paling
susah perawatannya terutama dalam masalah mendeteksi kebocoran. Yang perlu
diperhatikan dalam merencana atap ini adalah memperhitungkan ruang sirkulasi
udara di bawahnya supaya suhu ruangan tidak terlalu panas.
b.
Atap Sandar
Model atap sengkuap
biasa digunakan untuk bangunan – bangunan tambahan misalnya; selasar atau
emperan, namun sekarang atap model ini juga dipakai untuk rumah - rumah modern.
Beberapa arsitek mengadopsi model atap ini kemudian menggabungkannya dengan
atap model pelana.
Gambar 2.6.2 : Atap Sandar
|
c.
Atap Pelana
Bentuk
atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai untuk bangun – bangunan
atau rumah di masyarakat kita. Bidang atap teridiri dari dua sisi yang bertemu
pada satu garis pertemuan yang disebut bubungan.
Gambar 2.6.3: Atap Pelana
|
Atap
ini merupakan bentuk atap rumah yang dianggap paling aman karena
pemeliharaannya mudah dalam hal mendeteksi apabila terjadi kebocoran. Atap
pelana terdiri atas dua bidang miring yang ujung atasnya bertemu pada satu
garis lurus yang biasa kita sebut bubungan. Sudut kemiringan antara 30 sampai
dengan 45 derajat.
d.
Atap Tenda
Model
atap tenda dipasang pada bangunan yang panjangnya sama dengan lebarnya,
sehingga kemiringan bidang atap sama. Bentuk atap tenda terdiri dari empat
bidang atap yang bertemu disatu titik puncak, pertemuan bidang atap yang miring
adalah dibubungan miring yang disebut jurai.
|
Gambar 2.6.4: Atap Tenda
|
e.
Atap Limas (perisai)
Atap
berbentuk limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang bertemu pada satu
garis bubungan jurai dan dua bidang bertemu pada garis bubungan atas atau pada
nook. Jika dilhat terdapat dua bidang berbentuk trapesium dan dua dua bidang
berbentuk segitiga.
Gambar 2.6.5: Atap Perisai
|
Bentuk
atap ini penyempurnaan dari bentuk atap pelana, yang terdiri atas dua bidang
atap miring yang berbentuk trapezium. Dua bidang atapnya berbentuk segi tiga
dengan kemiringan yang biasanya sama.
f.
Bentuk Atap Kombinasi Pelana+Perisai.
Bentuk atap ini adalah kombinasi atau
gabungan dari atap jenis pelana dan perisai (limasan). Ada yang juga menyebut
jenis atap ini sebagai atap tenda patah atau atap joglo.
Gambar 2.6.6 : Atap Kombinasi
Pelana+Perisai
g.
Atap Mansard
Bentuk
atap model ini seolah – olah terdiri dari dua atap yang terlihat bersusun atau
bertingkat. Atap mansard jarang digunakan untuk bangunan rumah di daerah kita,
karena sebetulnya atap ini dibangun oleh pemerintah belanda saat menjajah di
negara kita.
Gambar 2.6.7: Atap Mansard
|
h.
Atap Menara
Bentuk atap
menara sama dengan atap tenda, bedanya atap menara puncaknya lebih tinggi
sehingga kelihatan lebih lancip. Atap ini banyak kita jumpai pada bangunan –
bangunan gereja, atap menara masjid dan lain – lain.
Gambar 2.6.8: Atap Menara
|
i.
Atap Piramida
Model
atap ini terdiri lebih dari empat bidang yang sama bentuknya. Bentuk denah
bangunan dapat segi 5, segi 6, aegi 8 dan seterusnya.
Gambar 2.6.9: Atap Piramida
|
j.
Atap Minangkabau
Atap
minangkabau seolah – olah berbentuk tanduk pada tepi kanan dan kiri. Bentuk
atap ini banyak kita jumpai di Sumatra.
|
Gambar 2.6.10: Atap Minang
|
k.
Atap Joglo
Model
atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun sehingga atpnya seperti
bertingkat. Atap ini banyak dibangun di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Barat.
Gambar 2.6.11: Atap Joglo
|
l.
Atap Setengah Bola (Kubah)
Model
atap berbentuk melengkung setengah bola. Atap ini banyak digunakan untuk
bangunan masjid dan gereja.
Gambar 2.6.12: Atap Kubah
|
m.
Atap Gergaji
Model
atap gergaji ini terdiri dari dua bidang atap yang tidak sama lerengnya. Model
atap gergaji bisa digunakan untuk bangunan pabrik, gudang atau bengkel.
Gambar 2.6.13 : Atap Gergaji
2.7. Jenis-jenis Material Penutup Atap
Setiap
jenis material penutup atap punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Anda bisa memilihnya dengan mempertimbangkan penampilan, kepraktisan, bentuk,
dan rencana desain. Ada beberapa jenis material atap yang saat ini banyak
digunakan, yaitu sebagai berikut.
a. Atap
Sirap
Penutup atap yang
terbuat dari kepingan tipis kayu ulin (eusideroxylon zwageri) ini ketahanannya
tergantung keadaan lingkungan, kualitas kayu yang digunakan, dan besarnya sudut
atap. Penutup atap jenis ini bisa bertahan hingga 25 tahun atau lebih.
Bentuknya yang unik cocok untuk rumah-rumah bergaya pedesaan yang
menyatu dengan alam.
b.
Atap Genteng Tanah Liat
Tradisional
Material ini banyak
dipergunakan untuk rumah. Gentang terbuat daritanah liat yang dicetak
dan dibakar. Kekuatannya cukup baik. Untuk memasang
genteng tanah liat membutuhkan rangka. Genteng dipasang pada atap
miring. Genteng menerapkan sistem pemasangan inter-locking atau saling mengunci
dan mengikat.
Seiring waktu, warna
dan penampilan genteng akan berubah. Pada permukaannya biasanya akan tumbuh
jamur. Bagi sebagian orang dengan gaya rumah tertentu mungkin ini
bisa membuat tampilan tampak lebih alami, namun sebagian besar orang tidak
menyukai tampilan ini.
c.
Atap Genteng Keramik
Material genteng ini
berbahan dasar tanah liat. Namun genteng ini telah mengalami proses
finishing, jadi permukaannya sudah diglasur. Lapisan ini dapat diberi warna
yang beragam untuk melindungi genteng dari lumut. Ketahanannya sekitar 20–50
tahun. Aplikasinya sangat cocok untuk hunian modern di perkotaan.
d.
Atap Genteng Beton
Bentuk dan ukurannya
hampir sama dengan genteng tanahtradisional, hanya saja bahan dasarnya
adalah campuran semen PC dan pasir kasar. Bagian luarnya diberi lapisan tipis
yang berfungsi sebagai pewarna dan lapisan kedap air. Sebenarnya atap ini bisa
bertahan lama, tetapi lapisan pelindungnya hanya akan bertahan antara 30 hingga
40 tahun.
e.
Atap Seng
Atap
ini terbuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan seng secara
elektrolisis yang tujuannya untuk membuatnya jadi tahan karat. Jadi, kata
'seng' berasal dari bahan pelapisnya. Jenis ini akan bertahan selama lapisan
seng ini belum hilang. Jika sudah lewat masa itu, atap akan mulai berkarat dan
bocor.
f.
Atap Dak Beton
Atap
ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan beton.
Penerapannya biasanya pada rumah-rumah modern minimalis dan
kontemporer. Karena konstruksinya kuat, atap ini dapat digunakan sebagai tempat
beraktivitas, misalnya untuk menjemur pakaian dan bercocok tanam dengan pot.
Kebocoran
pada atap dak beton sering sekali terjadi. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengawasan pada bagian cor-nya dan pada saat memasang lapisan waterproof pada
bagian atasnya.
g.
Atap Genteng Metal
Atap
ini berbentuk material lembaran, mirip seng. Genteng ini ditanam pada balok
gording rangka atap dengan menggunakan sekrup. Pemasangannya tidak jauh berbeda
dengan genteng tanah liat. Ukurannya lebih besar dari
genteng tanah liat, yakni sekitar 60–120 cm, dengan ketebalan 0,3 mm.
h.
Genteng Aspal
Material
genteng yang satu ini bersifat transparan, terbuat dari campuran lembaran
bitumen (turunan aspal) dan bahan kimia lain. Ada dua model yang tersedia di
pasaran. Pertama, model datar bertumpu pada multipleks yang menempel pada
rangka, dan jenis yang kedua, model bergelombang yang pemasangannya cukup
disekrup pada balok gording.
Atap
ini biasanya dipilih dan dipasang untuk memberi penerangan alami
dalam rumah pada siang hari. Biasanya dipasang pada
bagianrumah yang tidak mendapatkan cahaya langsung dari jendela, atau
sebagai aksen yang melengkapi desain sebuah rumah. Bentuknya pun bermacam
macam, ada yang berbentuk lembaran kaca atau genteng kaca sesuai kebutuhan.
i.
Atap Polikarbonat
Atap
ini berbentuk lembaran besar yang dapat dipasang tanpa sambungan. Keunggulan
polikarbonat adalah pada kualitas materialnya dan ketahanannya terhadap radiasi
matahari. Atap jenis ini biasanya dipakai pada kanopi atau atap tambahan. Atap
polikarbonat dapat dipasang dengan mudah dan cepat, namun harganya memang lebih
mahal dari atap lainnya.
j.
PVC (Polyvinyl Chloride).
Banyak
digunakan dan posisinya antara fiberglass dan polycarbonate, yaitu lebih tahan
lama dibanding fiberglass, tetapi lebih murah dari polycarbonate.
k.
Aluminium.
Umumnya
yang banyak dipakai adalah produk Pryda atau Lovera yang memiliki kemudahan
serta fleksibilitas karena dapat dibuka dan ditutup dengan mudah. Hanya,
harganya relatif tinggi dibandingkan penutup lainnya.
l.
Beton Bertulang.
Atap
beton bertulang banyak digunakan pada gedung-gedung bertingkat tinggi, dan pada
rumah tinggal yang didesain untuk dapat ditingkat dalam waktu yang akan datang
atau biasa disebut dengan model rumah mengambang atau rumah tumbuh.
2.8. Konstruksi
Kuda-Kuda
Konstruksi
kuda-kuda adalah susunan rangka batang yang berfungsi mendukung beban atap
termasuk juga beratnya sendiri, sekaligus dapat memberikan bentuk pada
atap.Kuda-kuda merupakan penyangga utama pada struktur atap. Struktur ini
termasuk dalam klasifikasi struktur framework (truss), secara umumnya kuda
- kuda terbuat dari kayu, bambu, baja, dan beton bertulang.
Kuda
- kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang maksimal
sekitar 12 m. Kuda - kuda bambu pada umumnya mampu mendukung beban atap
sampai dengan 10 meter .kuda - kuda baja sebagai pendukung atap, dengan
sistem frame work atau lengkung dapat mendukung beban atap sampai dengan
bentang 75 meter, seperti pada hanggar pesawat, stadion olah raga,
bangunan pabrik, dll.
Kuda
- kuda dari beton bertulang dapat digunakan pada atap dengan
bentang sekitar 10 hingga 12 meter.Pada kuda - kuda dari baja
ataukayu diperlukan ikatan angin untuk memperkaku struktur kuda-kuda pada
arah horisontal.Pada dasarnya konstruksi kuda - kuda terdiri
darirangkaian batang yang selalu membentuk segitiga.
Dengan
mempertimbangkan berat atap serta bahan dan bentuk penutupnya, maka konstruksi
kuda - kuda satu sama lain akan berbeda, tetapi setiap susunan rangka
batang harus merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang
nantinya mampu memikul beban yang bekerja tanpa mengalami perubahan.
Kuda-kuda
diletakkan diatas dua struktur beton/baja selaku tumpuannya. Perlu
diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horisontal maupun
momen, karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja ( dalam
perhitungan struktur tembok tidak diperhitungkan sebagai penerima beban tapi
hanya sebagai beban )
Beban-beban
yang dihitung adalah :
1.
Beban mati ( yaitu berat penutup atap,
reng, usuk, gording, kuda - kuda, plafon termasuk instalasi listrik, air
bersih/air kotor dan instalasi lain yang berada diatas plafon dengan posisi menggantung
)
2.
Beban hidup ( angin, air hujan, orang
pada saat memasang/memperbaiki atap ).
Kuda - kuda berdasarkan
bentang kuda-kuda dan jenis bahannya :
a. Bentang 3-4 Meter
Digunakan pada bangunan rumah bentang sekitar 3 s.d. 4 meter, bahannya
dari kayu, atau beton bertulang.
Gambar 2.8.1: Kuda-Kuda Bentang 3-4
Meter
b. Bentang
4-8 Mater
Untuk bentang sekitar 4
s.d. 8 meter, bahan dari kayu atau beton bertulang.
Gambar 2.8.2: Kuda-Kuda Bentang 4-8
Meter
c. Bentang
9-16 Meter
Untuk bentang 9 s.d. 16
meter, bahan dari baja (double angle).
Gambar 2.8.3: Kuda-Kuda Bentang 9-16
Meter
d. Bentang
20 Meter
Bentang
maksimal sekitar 20 m, Bahan dari baja (double angle) dan Kuda-kuda atap
sebagai loteng, Bahan dari kayu
Gambar 2.8.4: Kuda-Kuda Bentang 20 Meter
e. Kuda-Kuda
Baja Profil Siku
Gambar 2.8.5: Kuda-Kuda Baja Profil Siku
f. Kuda-Kuda
Gabel Profil WF
Gambar 2.8.6: Kuda-Kuda Gabel Profil WF
2.9. Struktur
Atap Kayu
2.9.1 Konstruksi
Atap Kayu
Atap
dengan konstruksi kuda kuda kayu termasuk paling banyak digunakan di negeri
kita. Selain karena material kayu yang sangat mudah didapatkan di toko toko
material, konstruksi kayu juga dikuasai oleh tukang tukang lokal. Konstruksi
kayu yang dipakai di kebanyakan bangunan di Indonesia saat ini,
tekniknya didapatkan dari bangunan bangunan kolonial Belanda.
Konstruksi kayu model
Belanda ini bisa digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.9.1 : Konstruksi Kayu Yang
Diadaptasi Dari Sistem Konstruksi Kayu Dari Belanda
Konstruksi kayu ini terdiri dari:
a. Kuda-kuda
Kuda-kuda terdiri dari
kuda penopang (kayu-kayu diagonal bagian pinggir) yang menyalurkan gaya tekan,
balok dasar pada kuda-kuda (kayu horizontal di bagian bawah) yang berfungsi
sebagai penahan gaya tarik, serta tiang tengah (kayu vertikal) yang mendukung
balok bubungan dan menerima gaya tekan.
Prinsip dasar kuda-kuda
kayu adalah menyalurkan gaya yang bekerja padanya kepada kolom atau dinding
bangunan rumah. Bentuk kuda-kuda yang segitiga bertangkup merupakan bentuk yang
sangat stabil atau tidak mudah berubah bentuk.
Dalam menentukan
kemiringan atap berkaitan dengan konstruksi atap kasau, masing-masing pasangan
kasau dan balok kuda-kuda (batang tarik) membentuk suatu segitiga. Makin besar
sudut kemiringan atap, makin mudah beban atap disalurkan. Oleh karena itu,
sudut kemiringan atap tersebut sebaiknya tidak kurang dari 30 derajat.
b. Gording,
usuk dan Reng
Gording adalah balok
kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda. Gording menahan beban dari kayu usuk
dan reng sebagaimana bisa kita lihat pada gambar ilustrasi diatas. Usuk menahan
kayu reng. Kayu reng menahan atau menjadi pijakan meletakkan genteng di bagian
atasnya.
Usuk dan Reng
dibutuhkan bila atap menggunakan genteng. Bila atap menggunakan penutup seng
atau asbes, maka tidak perlu menggunakan usuk dan reng, langsung saja asbes
atau seng diletakkan diatas gording.
2.9.2 Sifat
Kayu Sebagai Material Bahan Konstruksi
Dari segi
manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifatumum,
yaitu sifat yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan. Sifat-sifat utama
tersebutantara lain ; Kayu merupakan sumber kekayaan alam bisa digunakan
sebagai bahan baku untuk konstruksi atap. Kayu merupakan bahan mentah yang
mudah diproses untuk dijadikan barang lain.
Dengan
kemajuan teknologi, kayu sebagai bahan mentah mudah diproses menjadi barang
lain Kayu tidak mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh
bahan-bahan lain.misalnya kayu mempunyai sifat elastis, ulet, mempunyai
ketahanan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya atau sejajar
seratnya dan masih ada sifat-sifat lain lagi.
Sifat-sifat seperti ini tidak dipunyai oleh
bahan–bahan baja, beton, atau bahanbahan lain yang bisa dibuat oleh manusia.
Konstruksi atap kayu mempunyai sifat-sifat yang menarik, meskipun ada juga
rintangannya karena tradisi tukang kayu. Untuk mengenal dan menentukan suatu
jenis kayu, dapat dilihat dengan memperhatikan sifat-sifat kayu seperti kulit,
warna kayu teras, arah serat dan sebagainya. Dan jenis kayu yang biasa
digunakan untuk konstruksi atap kayu adalah jenis kayu kamfer, jati,
bengkirai, keruing dan mahoni.
2.9.3 Bagian-Bagian Dari Atap
Bubungan ialah sisi
atap yang teratas. Selalu dalam kedudukan datar kebanyakan juga menentukan arah
bangunan.Tiris atap atau bagian atap terbawah, menentukan sisi atap yang
datar.Garis penahan atap, pada tambahan kasau miring atau pada atap Mansard,
garis pertemuan antara dua bidang atap yang berbeda kemiringannya. Harus
sejajar dengan garis atap tiris atap. Jadi juga datar.
Jurai
luar, ialah bagian yang tajam pada atap, berjalan dari garis tipis atap sampai
bubungan, pada pertemuan dua bidang atap sudut bangunan ke luar.Jurai dalam,
ialah bagian yang tajam pada atap, juga berjalan dari garis tipis atap sampai
bubungan, pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke dalam.Titik
pertemuan jurai dan bubungan, tempat bertemunya tiga bidang atap atau lebih.
Bubungan penghubung
miring, garis jurai pada bidang-bidang atap yang bertemu. Terjadi pada bangunan,
yang tinggi bubungannya berbeda letaknya. Menghubungkan dua titik pertemuan
jurai dan bubungan.
Gording
membagi bentangan atap dalam
jarak-jarak yang lebih kecil pada proyeksi horisontal.
Gording meneruskan beban dari penutup atap, reng, usuk, orang, beban angin,
beban air hujan pada titik-titik buhul kuda-kuda. Gording berada di atas
kuda-kuda, biasanya tegak lurus dengan arah kuda-kuda. Gording menjadi tempat
ikatan bagi usuk, dan posisi gording harus disesuaikan dengan panjang
usuk yang tersedia.
Gording harus berada di
atas titik buhul kuda-kuda, sehingga bentuk kuda-kuda sebaiknya disesuaikan
dengan panjang usuk yang tersedia.Bahan- bahan untuk Gording, terbuat dari
kayu, baja profil canal atau profil WF. Pada gording dari baja, gording satu
dengan lainnya akan dihubungkan dengan sagrod untuk memperkuat
dan mencegah dari terjadinya pergerakan.
Posisi sagrod
diletakkan sedemikian rupa sehingga mengurangi momen maksimal yang terjadi pada
gording. Gording kayu biasanya memiliki dimensi : panjang maksimal 4 m, tinggi
12 cm dan lebar 8 cm s.d. 10 cm. Jarak antar gording kayu sekitar 1,5 s.d.
2,5 m.
Gording
dari baja profil canal
(Iight lip channel) umumnya
akan mempunyi dimensi; panjang satu batang sekitar 6 atau 12 meter, tinggi
antara 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 2,5 mm. Profil WF akan memiliki panjang
6 s.d. 12 meter, dengan tinggi sekitar 10 s.d. 12 cm dan tebal sekitar 0,5 cm.
Sagrod adalah batang
besi bulat terbuat dari tulangan polos dengan kedua ujungnya
memiliki ulir dan baut sehingga posisi bisa digeser(diperpanjang / diperpendek)
Usuk berfungsi menerima
beban dari penutup atap dan reng dan meneruskannya ke gording. Usuk
terbuat dari kayu dengan ukuran 5/7 cm dan panjang maksimal 4 m. Usu k dipasang dengan jarak 40 s.d. 50 cm
antara satu dengan lainnya pada arah tegak lurus gording. Usuk akan terhubung
dengan gording dengan menggunakan paku. Pada kondisi tertentu usuk harus dibor
dahulu sebelum dipaku untuk menghindari pecah pada ujung-ujung usuk.
Reng berupa batang kayu
berukuran 2/3 cm atau 3/5 cm dengan panjang sekitar 3
m.Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap dan meneruskannya ke usuk/kaso.
Pada atap dengan penutup dari asbes, seng atau sirap reng tidak
digunakan.Reng akan digunakan pada atap dengan penutup dari genteng. Reng akan
dipasang pada arah tegak lurus usuk dengan jarak menyesuaikan
dengan panjang dari penutup atapnya (genteng)
Penutup atap adalah
elemen paling luar dari struktur atap. Penutup atap harus mempunyai sifat kedap
air, bisa mencegah terjadinya rembesan air selama kejadian hujan. Sifat tidak
rembes ini diuji dengan pengujian serapan air dan rembesan. Struktur penutup atap
merupakan struktur yang langsung berhubungan dengan beban-beban
kerja (cuaca) sehingga harus dipilih dari bahan-bahan
yang kedap air, tahan terhadap perubahan
cuaca. Struktur penutup yang sering digunakan antara lain; genteng,
asbes, kayu (sirap), seng, polycarbonat, plat beton, dan lain-lain.
2.9.4 Atap
Sebagai Komponen Bangunan Fungsi Konstruksi Atap
Arti dan fungsi konstruksi atap ialah sdbagai pelindung
manusia terhadap cuaca. Dinding dapat ditinggikan. Tetapi tidak mungkin
menghapuskan atap, kenapa kita kehilangan tujuan suatu bangunan. Sebuah
bangunan dibagi-bagi oleh atap menjadi rumah, menjadi bagian rumah, menjadi
volume yang jelas, menjadi kesatuan yang dapat diidentifikasi. Atap memiliki
fungsi yaitu sebagai berikut:
a. Melindungi bangunan dari sinar panas matahari atau pun cuaca.
b. Mencegah masuknya debu atau air hujan sekaligus sebagai penyejuk
udara secara alamiah
c. Menyediakan tempat teduh, segar, dan nyaman.
d. Perlindungan bagi penghuninya.
Atap miring
berfungsi utama sebagai penerus air hujan, oleh karena itu kemiringan atap ini
tergantung jenis penutup atap yang dipakai. Seng danpenutup atap lembaran
lainnya dapat digunakan dengan kemiringan yang rendah karena tidak khawatir
terjadinya air meluap balik. Sedangkan penutup atap jenis kecil sepertigenteng
dan sirap mempunyai kemiringan yang tinggi untuk mengalirkan air hujan. Bentuk
atap miring ini terdiri dari beberapa macam antara lain pelana, limas ataupun
tajuk. Bentuk-bentuk ini dapat dikombinasikan sehinga membentuk bentukan yang
unik. Pemilihan bentuk juga harus dikaitkan dengan sistem lain termasuk penghawaan
dan pencayaan bangunan.
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Atap merupakan salah
satu komponen yang sangat penting dalam pembuatan bangunan. Selain
berfungsi sebagai penutup ruangan, atap juga dapat memperindahrumah
penghuninya. Pemilihan bentuk dan pemasangan atap yang kurang baik
berisikoterjadinya kebocoran sehingga penghuni bangunan tersebut akan merasa
tidak nyaman.Memang hal ini dapat diperbaiki, tetapi diperlukan biaya dan
energi cukup banyak. Biayatersebut bukan hanya untuk perbaikan atau tetapi juga
biaya keamanan benda-benda atau barang-barang yang ada di bawahnya atau di
dalam rumah.
3.2. SARAN
Sebelum membangun sebuah gedung khususnya atap harus
direncanakan sedetailmungkin, agar atap yang digunakan dalam sebuah gedung
tersebut berkualitas baik.Pemilihan atap hendaknya memperhatikan iklim
setempat, tampak atap yang dikehendaki, biaya yang tersedia dan bahan-bahannya
dengan mudah di dapat dimana bangunan itu didirikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kusjuliadi P,
Danang,. Ragam Bentuk dan Perawatan Atap, Jakarta: Penebar
Swadaya, 2007
Supribadi, Drs. Ik., Ilmu
Bangunan gedung, Jakarta: Armico, 1993, .
https://rajul-al.blogspot.co.id/2012/01/makalah-atap.html